Secara epistimologi teori psikologi barat disusun berdasarkan pengalaman empiris. Data lapangan dari sejumlah individu dilihat kecenderungan dan disusun menjadi suatu teori. Penyusunan teori pada psikologi barat biasanya didasarkan kepada hasil penelitian lapangan terdahulu tentang sesuatu objek spesifik, dirumuskan menjadi hipotesis, dikumpulkan data lapangan, lalu dilakukan uji terhadap data tersebut dan hasil uji itulah yang menjadi teori. Teori tasawuf muncul dari hasil pemikiran para pakar yang berupaya selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Biasanya pemikiran tersebut didasarkan kepada wahyu, baik yang diturunkan melalui Jibril yakni Al-Qur’an, maupun penjelasan dari rasul yang dikenal dengan Hadis dan dari sinilah ilmu-ilmu keislaman berkembang. Dengan menggabungkan dua kata yakni agama islam dan psikologi diharapkan kajian ilmu keislaman yang bersumber dari wahyu illahi dengan mengintegrasikan dengan kajian psikologi barat.

Dengan cara ini agama islam menjadi teori yang disimpan dalam referensi yang ditulis oleh para ahli agama terutama pakar tawawuf atau disampaikan oleh para pendakwah kepada umat di masjid atau pengajian, tetapi bermanfaat untuk mengatur kesalehan dan keberagamaan indivudu secara keseluruhan. Parameter yang digunakan dalam kajian psikologi barat dapat dimanfaatkan untuk mengkaji tingkat kesalehan individu. Dalam hal ini misalnya, skala sikap, pengukuran kepribadian, pengukuran tingkat emosional, dan lain-lain dalam kajian psikologi Barat dapat digunakan untuk mengkaji tingkat kesalehan atau tingkat keberagamaan seseorang.

Sehubungan dengan ini, pada tahun 1992, Hayati Nizar telah menulis Disertasi dengan judul : “Pemahaman Nilai-nilai Keagamaan pada Remaja di Sumatera Barat”. Dia menggunakan parameter psikologi barat untuk mengukur dimensi beragama remaja. Keberaniannya dalam melakukan hal tersebut mendapat pujian dari dua orang pengujinya yang telah diakui kepakarannya dalam bidang psikologi dan statistik. Bahkan salah seorang pengujinya dari Universitas Gadjah Mada mengemukakan secara terus terang bahwa penulis disertasi telah menemukan sesuatu yang selama ini menjadi pertanyaan besar dalam pemikiranya.

            Alasan utama dibukanya program studi psikologi islam ini antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut : Pertama, Bahwa dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian mengglobal disebut revolusi industri 4.0 telah berdampak secara psikologis terhadap kehidupan manusia. Terutama gangguan kejiwaan, stress, depresi, dan sebagainnya. Karena itu dengan program studi psikologi islam ini diharapkan mampu menagani persoalan kejiwaan, stress dan depresi tersebut.

            Kedua, secara akademis, di tengah maraknya Islamisasi pengetahuan (Islamization of Knowledge) program studi ini akan menjadi wancana  pengembangan kajian dan penelitian dengan  pengintegrasian psikologi modern (kontemporer) dan islam. Melalui wancana ini dalam jangka waktu tertentu diharapkan akan lahir paradigma baru dalam psikologi yang berwawasan Islam.            Ketiga, Undang-Undang No 22 tahun1999 tentang otonomi daerah, pemerintah Sumatera Barat bersama masyarakat telah berketetapan untuk menghidupkan kembali budaya tradisional minang kabau yang dikenal dengan istilah kembali ke surau. Pada masa dahuhu surau berfungsi sebagai tempat belajar mengaji, belajar pidato adat, dan belajar silat, namun sesuai dengan perubahan social maka fungsi surau

semakin kompleks.

Keempat, keluhan para dokter dalam merawat pasiennya di rumah sakit, dimana mereka sering mengalami kesulitan, karena perawatan medis saja tidak menjamin penyembuhan secara total. Mereka memerlukan perawatan psikis atau pendamping orang sakit (pastoral care) di rumah-rumah sakit, puskesmas, dan klinik yang saat ini di Sumatera Barat berjumlah 17 buah rumah sakit pemerintahan, 24 buah rumah sakit swasta, 205 Puskesmas, dan 832 buah puskesmas pembantu (Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar, Juli 2003).

            Munculnya lembaga kajian ilmiah yang mengintegrasikan agama (Islam) dan ilmu pengetahuan (kontemporer), berdirinya lembaga keuangan yang bercorak syariah, munculnya psikologi islam di beberapa IAIN di Indonsia  dan lain sebagainya, itu semua merupakan data kongkrit akan kebangkitan islam. Lembaga pendidikan tinggi seperti IAIN dan STAIN. IAIN Imam Bonjol Padang yang dinegerikan semenjak tahun 1963  telah memiliki  lima Fakultas yakni Fakultas Tarbiyah, Syari’ah, Ushuluddin, Adab, dan Dakwah. Program studi yang ada di Fakultas Ushuluddin adalah : Perbadingan Agama (PA), Tafsir Hadis (TH), Tafsir Hadis (Program Khusus), Aqidah Filsafat (AF). Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari adalah tasawuf, dimana inti kajiannya yaitu memperhatikan secara sungguh-sungguh seruan Allah untuk menyadari kehadiran-Nya, baik di dunia (alam) ini maupun di dalam diri manusia tersebut.             Paradigma di atas, diharapkan para lulusan program studi Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol dapat menguasai secara menyeluruh, baik ilmu pengetahuan tentang Islam maupun bidang psikologi Barat. Selain dari itu melalui penguasaan metodologi dan kepribadian muslim yang dimiliki tidak hanya mampu memadukan ilmu agama islam dengan psikologi saja, pengembangan sikap kepribadian seseorang menjadi  berguna, simpatik, dan berbuat banyak bagi

sesamanya. Sebaliknya, ilmu pengetahuan yang dipahami secara terpisah akan melahirkan kepribadian yang tidak utuh. Ini berarti program studi psikologi islam perlu mengembangkan manusia seuntuhnya secara beragama, individual, sosial, moral. Di samping mengembangkan metodologi untuk mencapai tujuan tersebut dan konsep nilai (values) yang menjadi tolak ukut sebuah pendidikan tinggi.

            Menindaklanjuti rencana program ini, Dekan Fakultas Ushuluddin mengadakan studi banding terlebih dahulu dengan melibatkan para dosen Fakultas ushuluddin yaitu Bapak Dr. Sirajuddin Zar, MA ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1998, Drs. Nasrul ke IAIN Sunan Gunung Jati Bandung pada tahun 1998. Drs. Alirman Hamzah, Drs. Usman Alnas, dan Drs. Yulius Mas’ud ke Universitas Indonesia dan Universitas Pajajaran Bandung tahun 2000.   Untuk lebih mematangkan rencana membuka Jurusan baru ini, Dekan Fakultas selanjutnya mengadakan seminar dan Lokakarya dengan menghadirkan para pakar Psikologi dari Universitas Andalas Padang, Universitas Negeri Padang dan Universitas Putra Indonesia Padang dengan menghadirkan berbagai pihak yang dianggap berkompeten untuk mewujudkan rencana program dimaksud.

            Rencana program ini dibahas dalam sidang Senat Fakultas Ushuluddin tanggal 14 Desember tahun 2000, hal ini telah mendapat persetujuan Senat sebagai lembaga yang berwewenang untuk memutuskannya. Sebagai langkah awal, Pimpinan Fakultas telah mengadakan studi banding ke Universitas dan IAIN yang ada di Jakarta, Bandung, dan Semarang. Selanjutnya Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang sudah berfikir kearah itu, dengan membuka Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Islam. Penamaan ini pada dasarnya mensejajarkan dua hal yang secara hakikatnya sama. Tasawuf adalah kondisi dalam (rasa, emosi) yang gejalanya terlihat dalam perilaku, sementara psikologi berhubungan dengan mental seseorang, gejalanya juga terlihat dalam perilaku manusia.

Pada awalnya program studi ini bernama TPI (Tasawuf Psikoterapi Islam) selanjutnya berubah menjadi PI (Psikologi Islam) saja, pada waktu pengajuan akreditasi program studi ini pernah tidak terakreditasi selanjutnya mengajukan kembali re-akreditasi pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 program studi psikologi islam terakreditasi “C” kemudian pada tahun 2016 program studi PI kembali mengajukan re-akreditasi sehingga pada tahun 2017 sampai sekarang program studi PI terakreditasi “B”.